Ayo Bergabung!

Selasa, 01 Agustus 2017

Divonis HIV 9 Tahun Tanpa ARV, CD4 Tetap Tinggi

Satu lagi bukti runtuhnya doktrin mainstream yang menyatakan bahwa hanya ARV yang meningkatkan CD4 sebagai tolak ukur imunitas seseorang. Promosi kepatuhan ARV yang disebut-sebut bisa menekan virus HIV dan mencegah rusaknya imunitas dengan ukuran kesuksesan CD4 tinggi diatas 500. Selain itu, dikatakan pula, bila seseorang memiliki CD4 dibawah 150 artinya dia akan memasuki tahap AIDS.

Padahal, banyak fakta yang menyatakan bahwa ukuran imunitas seseorang tidak serta merta diukur dari CD4. Fakta lapangan juga menunjukan bahwa perhitungan CD4 bukan metode valid, karena sering didapat hasil fluktuatif, naik turun dalam waktu bersamaan, oleh karena itu, angka CD4 dapat dikatakan relatif.

Fokus MAHA STAR pada standar kesehatan tidak merujuk pada angka CD4. Namun, untuk menggugurkan doktrin mainstream bahwa CD4 tinggi sama dengan imunitas baik, maka MAHA STAR akan menggunakan standar mainstream itu, dan membuktikan lemahnya fondasi doktrin mereka.

Sebelumnya, MAHA STAR pernah memuat tentang inkonsistensi mainstream pada CD4 sebagai ukuran imunitas (bisa dibaca di sini). Kali ini, kami akan menunjukan pula cacatnya klaim doktrin mainstream yang menyatakan bahwa "bila tidak ARV, maka virus HIV akan cepat bereplikasi dan merusak imunitas sehingga menyebabkan masuknya infeksi oportunistik lalu masuk ke tahap AIDS".

Ibu Tania. atau Mimi Hurem, salah satu pengurus di MAHA STAR, membuktikan cacatnya klaim doktrin mainstream diatas. 9 tahun sejak dia awal divonis HIV reaktif, berkali-kali pula dia mengecekan darahnya dan didapat hasil reaktif (baik melalui VCT, maupun mandiri dengan rapid test kit). ARV hanya dia tenggak 3 hari dan berhenti karena tidak kuat dengan efek samping yang membuatnya tidak produktif bekerja. Hingga saat ini, sudah 9 tahun dia tidak ARV dan menerapkan pola hidup sehat dan bebas stress. 
Meski begitu, ia sering iseng untuk mengecek angka CD4nya, dan selalu didapati hasil CD4 yang tinggi (diatas 500), padahal, bila merujuk pada teori doktrin mainstream, seorang tervonis HIV yang tidak patuh terapi ARV, maka akan cepat masuk ke tahap AIDS seiiring imunitas yang rusak, namun berbanding terbalik dengan Mimi, 9 tahun sejak divonis dan tanpa ARV membuat dia tetap sehat, produktif, dan berisi, kondisi fisik yang jauh berbeda dengan iklan-iklan HIV di RS atau puskesmas yang memperlihatkan gambar-gambar penderita HIV memiliki tubuh kurus kering, kulit kusam menghitam, kondisi lemas dan mengenaskan. Tidak kah disadari, justru ARV lah yang menyebabkan tampilan-tampilan fisik seseorang menjadi mengenaskan seperti terjadi efek lipoatrofi atau susutnya lemak di pipi dan terlihat tirus, efek lipodistrofi atau tumbuhnya payudara pada dada pria akibat abnormalitas distribusi lemak, menghitamnya kulit akibat toksisitas pada epidermis dan liver, bahkan melepuhnya kulit akibat efek steven johnson sindrome karena efek racun obat.

berikut adalah bukti foto hasil pemeriksaan CD4 Mimi:




Satu per satu, doktrin mainstream kehilangan pondasi.
gue enggak kudet, bangkit bersama MAHA STAR!

0 komentar:

Posting Komentar